Selasa, 18 Februari 2014

http://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&docid=m7hroQoyRqO9iM&tbnid=d6BBWkGjDPB6qM:&ved=0CAMQjhw&url=http%3A%2F%2Ftokocitraaroma.wordpress.com%2F&ei=1okDU6ShDOyfiAe35IDQAw&bvm=bv.61535280,d.bmk&psig=AFQjCNGep7os_4HQJct-Huy0LZq02lRu1w&ust=1392826575608642

http://tokocitraaroma.wordpress.com/

“ Bu kulah”ciri khas tradisi maulid di Aceh.







Bagi masyarakat Aceh, memperingati hari kelahiran nabi Muhammad SAW ( 12 rabiul awal) dilakukan dalam bentuk “Kenduri Mulod,” yang  diselenggarakan selama tiga bulan berturut-turut yaitu bulan Rabiul Awal (mulod awai), Rabiul Akhir (mulod teungoh) dan pada bulan Jumadil Awal (mulod akhe).
Kenduri mulod merupakan suatu tradisi perayaan kelahiran sang pang ulee ( Rasulullah SAW). Perayaan maulid ini  juga disebut kenduri massal  yang  dimeriahkan dengan makan-makan bersama dan meudikee  ( zikir). untuk menyelenggarakan maulid nabi, terlebih dahulu setiap warga gampong berkumpul untuk bermusyawarah.  Dalam musyawarah tersebut , mereka menentukan kepanitiaan, group meudikee, jumlah anak yatim, tempat,  jumlah  tamu-tamu undangan dari kampung-kampung yang di undang dan sebagainya.
Pada perayaan kenduri mulod, setiap orang  berbondong-bondong  membawa “idang meulapeh” (hidangaan makanan yang disusun berlapis) ke meunasah. Hidangan ini terdiri dari aneka makan khas Aceh mulai dari gulai ayam kampung, gulai kambing, gulai ikan, telur bebek, sayur nangka , buah-buah dan tak lupa makan utama bu kulah.
Bu kulah merupakan nasi yang di bungkus dari daun pisang yang berbentuk segitiga. Membuatnya tidaklah mudah kerena memerlukan ketelatenan agar tetap mempertahankan  bentuknya yang rapi.  Untuk membuat bu kulah terlebih memerlukan daun pisang yang banyak dan potongan rautan lidi. Pemilihan daun pisang hendaknya daun yang bagus dan  muda,  lalu diasapkan pada api, dan  dipotong sesuasai ukuran. Pada tahap selanjutnya yaitu pencetakan nasi menbentuk segitiga, bisa dengan menggunakan cetakan khusus atau membentuknya  langsung dengan tangan. Tidak lupa untuk menutup bungkusan nasi tersebut, pada ujung daun yang telah dibentuk piramida di kunci atau di jepit dengan rautan lidi yang telah di poton g kecil-kecil.
bu kulah itu merupakan salah satu tradisi turun-temurun dari masyarakat Aceh disamping memudahkan saat makan, bu kulah juga gampang dibawa pulang tanpa perlu piring atau mangkok,” ujar Aisyah yang merupakan salah satu warga Ule Glee kabupaten Pidie Jaya, disela -sela kesibukannya mempersiapkan penyambutan maulid Rabu 15 Januari lalu.
Setiap perayaan maulid, rasanya kurang afdal bagi warga Aceh kalau tidak lengkap dengan  bu kulah.  Pada beberapa tempat di kota-kota, tradisi membuat bu kulah tidak  dibudidayakan lagi  karena faktor keterbatasan daun pisang dan gaya hidup yang modern. Untuk sebahagian  warga perkotaan, memperingati maulid nabi masih tetap dilakukan namun ada  beberapa hal yang  berbeda dalam penyajian makanan. Mereka cenderung membuat nasi kotak lengkap dengan lauk didalamnya supaya lebih hemat dan praktis. Perayaan maulid di kota sangatlah berbeda dengan di kampung-kampung, mereka menyajikan makanan kotak, doa bersama   dan santunan kepada anak yatim. Sehingga kearifan local seperti meudikee dan idang meulapehpun  sudah mulai pudar sedikit demi sedikit.
Menurut Putri  yang merupakan warga kota Banda Aceh mengatakan bahwa sudah jarang sekali saya makan bu kulah, sekarang  hampir setiap acara selalu disajikan  nasi kotak. Jadi kalau memperingati maulidpun juga makan nasi kotak, egak ada hal tertentu yang membedakan maulid dengan acara lain.
“ Nasi bu kulah rasanya beda sekali dengan nasi biasa. Selain wangi daun pisang, nasi ini juga tidak gampang basi karena dibungkus dengan daun pisang. Pada daun pisang itu mengadung zat anti higenis yang bisa membunuh kuman-kuman, hal itulah yang membuat nasi tahan lama.” Ujar Fitri Mutia Sari sarjana Farmasi Banda Aceh.
Kemeriahan memperingati maulid  tidak hanya dengan makan bersama saja, santunan kepada anak yatim dan kaum zuafa kerap dilakukan, dilanjutkan pada malam hari dengan dakwah akbar.