Ibu sang
telaga kasih yang tak kunjung kering
Oleh:
farihanur saputri
Dari ufuk ujung pulau Sumatera masih tampak cahaya cinta abadi nan
tulus, Yang selau menyainari hidupku dan membimbingku. Dalam hati kecilku dipenuhi tanda tanya, cahaya apa itu? Mengapa
saat aku melihatnya aku merakan kehangatan dan ketulusan. Dan ternyata itu
adalah cahaya ketulusan cinta seorang ibu terhadap anaknya. Dalam keheningan
malam, di bawah cahaya sinar lampu pijar aku termenung sejenak akan cinta kasih
ibu. Dulu saat aku kecil, aku selalu digendong, disuapin, dan saat aku menangis
ia selalu mengusap air mataku dengan tangannya yang lembut. Aku masih teringat
akan nyanyiannya saat ia meniduriku dalam ayunan :
“
niiiina bobok oh niina boobok kalau tidak bobok di gigit nyamuk...”
“
hahahaha...” aku tertawa mengingatnya lucu dan begitu indah.
Ibu yang selalu memberi kan cinta untuk ku dan
disetiap doanya selalu disebut namaku sedang aku masih jarang menyebutkan
namanya.
“ durhakakah aku ini ya Allah?” keluh ku sejenak
Tiba-tiba lampu kamarku
padam, semuanya menjadi gelap gulita. Dalam hati kecil ku di hantui rasa takut
yang tak karuan. Dulu saat aku masih tinggal bersama ibu sebelum aku memutuskan
untuk hidup sendiri di kota juang, kalau
lampu rumah kami mulai padam aku selalu lari ke pangkuan ibu karena ketakutan.
Tapi sekarang aku baru sadar kini aku sendiri tak disamping ibu.
Lalu
aku mengambil ponsel kecilku yang terletak diatas meja tak jauh dari aku duduk,
ku liat nama yang tertulis kontak” my belove mom”.
“
hallo assalamualaikum buk, disini lampunya udah mulai padam buk! Dirumah
bagaimana?” tanyaku lewat ponsel.
“
enggak sayang,, yaudah kamu tidur aja..jangan lupa kunci kamar ya sayaang.”
Kata mama dibalik ponsel
“
iya buk, kakak sekarang tidur. Assalamualikum..” kata ku
Begitulah
ibu ku saat aku dilanda ketakutan ia selalu membuatku merasa ada seperti
didekatnya.
Ada
orang mengatakan bahwa seorang ibu itu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh
anaknya. Dan saat aku mulai merenungi akan ibu yang pernah merasa sakit saat
aku mengindap demam tinggi ibu pun merasakan hal yang sama, tiba-tiba kedua
kelopak mataku mulai lelah ,lelah dan lelah...
Kring...kring...kkring..
Terdengar
bunyi posel kecilku membanguni tidurku,
Jam menunjukan pukul 05:00 pagi.
“
iya assalamualikum buk..” kataku dengan suara serak-serak ala penyayi amerika
“
sayang... bangun sholat subuh.”kata mama dari balik ponsel
“
iya buk, ini udah bangun.” Kataku
“
buruan wudhu jangan tidur lagi..” kata mama
“
iya iya,, ini langsung wudhu, assalamualikum..” kataku
Begitulah
kasih ibu, yang selalu menyodorkan dekapan kasih sayang kepada anaknya hingga tumbuh
dewasa, mengingatkan sholat dan hal-hal lainnya yang terkadang aku sendiripun
masih lupa. Entah bagaimana jadinya kalau ibu udah gak ada lagi dunia ini.
Dalam
solatku aku berdoa “ ya Allah.. terima kasih engkau telah memberiku seorang ibu
yang begitu perhatian, dan baik. Jangan ambil dia dari ku sebelum aku bisa
membahagiakannya...” pintaku pada sang kholid.
***
Hari-hariku selalu kuarungi dengan
sejuta kasih sayang yang diberikan oleh ibu. Seorang wanita super yang telah melahirkanku ke dunia ini, ia
mengajariku mulai A hingga Z. Dari aku ingusan hingga aku tumbuh remaja pun ia
masih mengajariku akan arti hidup yang sesungguhnya. Kata orang di usia remaja
seperti yang ku alami saat ini , kita akan merasan sesuatu mukjizat cinta dari
lawan jenis. Is waw..jatuh cinta! Aku tak tau apa itu jatuh cinta? Kata orang
cinta itu indah dan asyikk.
Sore
hari usai beraktifitas yang tak kalah sibuknya dari orang-orang yang bekerja di
kantoran, ku coba menghubungi sahabat karibku
melalui ponsel mungil yang ada digengamamku untuk
menanyakan tentang “cinta” .
“
hai.. mir, pa kabar? ” sapa ku lewat ponsel
“
baik sob!” jawab nya dari balik ponsel
“
mir, aku boleh nanyak sesuatu enggak?” tanyaku
“ ya
bolehlah.. kapan sich aku enggk ngebolehin ente nanyak sesuatu?” kata mira
“
gini mir, secara ente kan sering tuch ngerasain yang namanya suka sama lawan
jenis.” Tanyaku agak sedikit kaku dan kikuk
“
cihuyyy omongonnya.... jatuh cinta ente?” tanya mira
“
enggak aku cuma mau tau aja.” Kata ku
“
gini ya cuy... jatuh cinta itu memang indah, tapi sebagai seorang muslimah kita
belum di bolehin berdua-duaan apalagi berpegangan tangan sama lawan jenis yang
belum menjadi muhrim kita karena itu dosa.” Kata mira panjang seperti
penceramah di masjid-masjid
“
trus, kalau cinta yang hakiki selain cinta kepada Allah cinta kepada siapa?”
tanyaku
“
ibu! Karena kasih ibu itu tak terhitung harganya enggak kayak cinta-cintaan
yang di ciptakan oleh remaja yang lagi kasmaran lho...” kata mira
“ hahaha....oke sob, thanks banget atas saran dan
siraman rohaninya.” Kataku bercanda lalu segera ku offkan ponsel mungil milikku
Begitulah sahabat karibku , ya... bisa
dikatakan dia itu ibu nomor 2 buatku. Saat aku sedih, gundah, risau ataupun
kebingungan aku selalu curhat kepadanya.
***
Menjelang
akhir semester aku disibukan dengan berbagai kegiatan termasuk tugas-tugas di
campus yang begitu menumpuk. Semingguan aku hanya fokus kepada kegiatanku
bahkan aku lupa untuk berkomunikasi atau menyapa orang-orang terdekatku. Suatu
malam saat aku sedang sibuk mengerjakan tugas campus, ponsel ku berbunyi.
“
ciapa sich? Ngenganggu aja gak tau apa lagi sibuk.” Kata ku agak sedikit kesel
Saat
aku lihat ponselku ternyata panggilan masuk dari my belove mom.
“
iya buk, ada apa buk?” tanya ku
“
kakak... apa kabar? Udah lama nak gak menghubungi ibu?” kata ibu lembut
“ alhamdulillah
baik buk, ini buk! kakak lagi sibuk sama
kerjaan campus menjelang final. Jadi lupa kabarin ibu.” Kata ku
“
nak! sesibuk apa pun, kita tak boleh melupakan orang-orang terdekat kita. Hanya
untuk sekedar sapa menyapa saja kan tidak membutuhkan waktu yang lama. Atau pun
kita bisa meminta doa dari mereka agar kesibukan kita diberkati dan dimudahkan
oleh Allah.” Kata ibu mengingatkanku.
“
iya buk... maafin kakak ya?” kata ku penuh pengharapan
“
udah enggak apa-apa, ibu doakan semoga finalnya sukses ya sayang.” Kata ibu
“amin...
terima kasih ibu ku sayang.” Kata ku
Perbincangan
aku dan ibu pun berakhir, sejenak aku meratapi kata-kata ibu tadi. Aku hanyalah
seorang manusia bisa yang masih merangkak mencari jati diri, kenapa aku harus
menjauh dari orang-orang terdekat aku? Yang selalu menyayangiku dan menyodorkan
kapsul-kapsul motivasi dalam hidupku, terlebih “ibu”. Apa jadinya nanti kalau
aku sudah bergelimangan harta mempunyai jabatan yang tiinggi. “
Astagfirullahalazim... nauzubillahi min zalik! Ya Allah jangan jadikan aku
orang-orang yang sombong yang bisa di perbudak oleh kesibukan dunia sehingga
aku lupa akan orang-orang yang berharga dan selalu menuangkan kasih dan
cintanya untukku.” Begitulah keluhanku yang di landa ketakutan kepada sang
khalid.
-
SELAMAT
HARI IBU-
ku persembahkan untuk ibundaku tercinta ibu Drs.kamariah spd.i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar