Senin, 03 Desember 2012

ibu sang telaga kasih yang tak kunjung kering


Ibu sang telaga kasih yang tak kunjung kering
                                                                                                Oleh: farihanur saputri
Dari ufuk ujung pulau Sumatera masih tampak cahaya cinta abadi nan tulus, Yang selau menyainari hidupku dan membimbingku. Dalam hati kecilku  dipenuhi tanda tanya, cahaya apa itu? Mengapa saat aku melihatnya aku merakan kehangatan dan ketulusan. Dan ternyata itu adalah cahaya ketulusan cinta seorang ibu terhadap anaknya. Dalam keheningan malam, di bawah cahaya sinar lampu pijar aku termenung sejenak akan cinta kasih ibu. Dulu saat aku kecil, aku selalu digendong, disuapin, dan saat aku menangis ia selalu mengusap air mataku dengan tangannya yang lembut. Aku masih teringat akan nyanyiannya saat ia meniduriku dalam ayunan :
“ niiiina bobok oh niina boobok kalau tidak bobok di gigit nyamuk...”
“ hahahaha...” aku tertawa mengingatnya lucu dan begitu indah.
Ibu  yang selalu memberi kan cinta untuk ku dan disetiap doanya selalu disebut namaku sedang aku masih jarang menyebutkan namanya.
“ durhakakah aku ini ya Allah?” keluh ku sejenak                                                                       
Tiba-tiba lampu  kamarku padam, semuanya menjadi gelap gulita. Dalam hati kecil ku di hantui rasa takut yang tak karuan. Dulu saat aku masih tinggal bersama ibu sebelum aku memutuskan untuk hidup sendiri di kota juang,  kalau lampu rumah kami mulai padam aku selalu lari ke pangkuan ibu karena ketakutan. Tapi sekarang aku baru sadar kini aku sendiri tak disamping ibu.
Lalu aku mengambil ponsel kecilku yang terletak diatas meja tak jauh dari aku duduk, ku liat nama yang tertulis kontak” my belove mom”.
“ hallo assalamualaikum buk, disini lampunya udah mulai padam buk! Dirumah bagaimana?” tanyaku lewat ponsel.
“ enggak sayang,, yaudah kamu tidur aja..jangan lupa kunci kamar ya sayaang.” Kata mama dibalik ponsel
“ iya buk, kakak sekarang tidur. Assalamualikum..” kata ku
Begitulah ibu ku saat aku dilanda ketakutan ia selalu membuatku merasa ada seperti didekatnya.
Ada orang mengatakan bahwa seorang ibu itu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh anaknya. Dan saat aku mulai merenungi akan ibu yang pernah merasa sakit saat aku mengindap demam tinggi ibu pun merasakan hal yang sama, tiba-tiba kedua kelopak mataku mulai lelah ,lelah dan lelah...
Kring...kring...kkring..
Terdengar bunyi posel kecilku  membanguni tidurku, Jam menunjukan pukul 05:00 pagi.
“ iya assalamualikum buk..” kataku dengan suara serak-serak ala penyayi amerika
“ sayang... bangun sholat subuh.”kata mama dari balik ponsel
“ iya buk, ini udah bangun.” Kataku
“ buruan wudhu jangan tidur lagi..” kata mama
“ iya iya,, ini langsung wudhu, assalamualikum..” kataku
Begitulah kasih ibu, yang selalu menyodorkan dekapan kasih sayang kepada anaknya hingga tumbuh dewasa, mengingatkan sholat dan hal-hal lainnya yang terkadang aku sendiripun masih lupa. Entah bagaimana jadinya kalau ibu udah gak ada lagi dunia ini.
Dalam solatku aku berdoa “ ya Allah.. terima kasih engkau telah memberiku seorang ibu yang begitu perhatian, dan baik. Jangan ambil dia dari ku sebelum aku bisa membahagiakannya...” pintaku pada sang kholid.
                                                            ***
            Hari-hariku selalu kuarungi dengan sejuta kasih sayang yang diberikan oleh ibu. Seorang wanita  super yang telah melahirkanku ke dunia ini, ia mengajariku mulai A hingga Z. Dari aku ingusan hingga aku tumbuh remaja pun ia masih mengajariku akan arti hidup yang sesungguhnya. Kata orang di usia remaja seperti yang ku alami saat ini , kita akan merasan sesuatu mukjizat cinta dari lawan jenis. Is waw..jatuh cinta!  Aku tak tau apa itu jatuh cinta? Kata orang cinta itu indah dan asyikk. 
Sore hari usai beraktifitas yang tak kalah sibuknya dari orang-orang yang bekerja di kantoran, ku coba menghubungi sahabat karibku  melalui ponsel mungil yang ada digengamamku   untuk menanyakan tentang “cinta” .
“ hai.. mir, pa kabar? ” sapa ku lewat ponsel
“ baik sob!” jawab nya dari balik ponsel
“ mir, aku boleh nanyak sesuatu enggak?” tanyaku
“ ya bolehlah.. kapan sich aku enggk ngebolehin ente nanyak sesuatu?” kata mira
“ gini mir, secara ente kan sering tuch ngerasain yang namanya suka sama lawan jenis.” Tanyaku agak sedikit kaku dan kikuk
“ cihuyyy omongonnya.... jatuh cinta ente?” tanya mira
“ enggak aku cuma mau tau aja.” Kata ku
“ gini ya cuy... jatuh cinta itu memang indah, tapi sebagai seorang muslimah kita belum di bolehin berdua-duaan apalagi berpegangan tangan sama lawan jenis yang belum menjadi muhrim kita karena itu dosa.” Kata mira panjang seperti penceramah di masjid-masjid
“ trus, kalau cinta yang hakiki selain cinta kepada Allah cinta kepada siapa?” tanyaku
“ ibu! Karena kasih ibu itu tak terhitung harganya enggak kayak cinta-cintaan yang di ciptakan oleh remaja yang lagi kasmaran lho...” kata mira
  hahaha....oke sob, thanks banget atas saran dan siraman rohaninya.” Kataku bercanda lalu segera ku offkan ponsel mungil milikku
 Begitulah sahabat karibku , ya... bisa dikatakan dia itu ibu nomor 2 buatku. Saat aku sedih, gundah, risau ataupun kebingungan aku selalu curhat kepadanya.
                                                                        ***
Menjelang akhir semester aku disibukan dengan berbagai kegiatan termasuk tugas-tugas di campus yang begitu menumpuk. Semingguan aku hanya fokus kepada kegiatanku bahkan aku lupa untuk berkomunikasi atau menyapa orang-orang terdekatku. Suatu malam saat aku sedang sibuk mengerjakan tugas campus, ponsel ku berbunyi.
“ ciapa sich? Ngenganggu aja gak tau apa lagi sibuk.” Kata ku agak sedikit kesel
Saat aku lihat ponselku ternyata panggilan masuk dari my belove mom.
“ iya buk, ada apa buk?” tanya ku
“ kakak... apa kabar? Udah lama nak gak menghubungi ibu?” kata ibu lembut
“ alhamdulillah baik buk,  ini buk! kakak lagi sibuk sama kerjaan campus menjelang final. Jadi lupa kabarin ibu.” Kata ku
“ nak! sesibuk apa pun, kita tak boleh melupakan orang-orang terdekat kita. Hanya untuk sekedar sapa menyapa saja kan tidak membutuhkan waktu yang lama. Atau pun kita bisa meminta doa dari mereka agar kesibukan kita diberkati dan dimudahkan oleh Allah.” Kata ibu mengingatkanku.
“ iya buk... maafin kakak ya?” kata ku penuh pengharapan
“ udah enggak apa-apa, ibu doakan semoga finalnya sukses ya sayang.” Kata ibu
“amin... terima kasih  ibu ku sayang.” Kata ku
Perbincangan aku dan ibu pun berakhir, sejenak aku meratapi kata-kata ibu tadi. Aku hanyalah seorang manusia bisa yang masih merangkak mencari jati diri, kenapa aku harus menjauh dari orang-orang terdekat aku? Yang selalu menyayangiku dan menyodorkan kapsul-kapsul motivasi dalam hidupku, terlebih “ibu”. Apa jadinya nanti kalau aku sudah bergelimangan harta mempunyai jabatan yang tiinggi. “ Astagfirullahalazim... nauzubillahi min zalik! Ya Allah jangan jadikan aku orang-orang yang sombong yang bisa di perbudak oleh kesibukan dunia sehingga aku lupa akan orang-orang yang berharga dan selalu menuangkan kasih dan cintanya untukku.” Begitulah keluhanku yang di landa ketakutan kepada sang khalid.


-          SELAMAT HARI IBU-
ku persembahkan untuk ibundaku tercinta ibu Drs.kamariah spd.i