3 days in Aceh
Kakiku masih terasa pegal. Ujung-ujung jarinya
terasa panas, karena kelelahan memburu berita harian. Kudapati seniorku kang
Deden sedang asyik berbincang-bincang bersama atasan kami. Lalu kucoba
mendekati mereka.
“hei aznan...! ada job baru nich buat lhu.”
“apaan kang?”
Tampak kang deden memberi isyarat sembari mengangkat
dagunya menunjukan ke arah si bos.
“bos..”menatap ke arah wajah si bos
“aznan, besok lusa lhu terbang ke Aceh bareng intan!”
“apa..Aceh!”
“Why, mau protes?”
“enggak bos.”
“sesegera mungkin persiapkan persiapan dan jangan lupa
get good news paham!”
“paham bos.”
Aku hanya menurut saja perintah si bos yang
agak sedikit galak sambil menelan ludah. Tak pernah terpikirkan di benakku
sebelumnya untuk meliput berita di ujung pulau Sumatera.
Dulu aku sempat ditawarkan oleh salah satu
teman kampusku untuk ikut kegiatan baksos di Aceh, kala itu Aceh sedang dilanda
musibah besar Tsunami. Tapi aku menolaknya karena rasa takutku yang mendalam
akan Tsunami. Dan aku hanya bisa melihat kabar tentang Aceh di tv saja.
***
Suara riuh terdengar begitu menggema di
telingaku.Suara pesawat yang hendak melandas di udara begitu pun yang baru tiba, juga suara para informen yang sedang
berkoar-koar di bandara. Hari ini keberangkatan ku ke Aceh, tampak intan sedang
menarik koper besarnya menuju kearahku.
“hahaha..mau piknik ellu tan.”
“ya enggaklah!”
“terus ngapain bawa koper gede banget, kita kan hanya 3
hari di sono?”
“gue mau bawa pulang oleh-oleh banyak dari sono.”
“yayayaya.”
Aku hanya tersenyum mendengar ungkapan intan mengenai
koper besarnya itu.
“emang di Aceh ada oleh-oleh apaan sich? Enakan juga
dodol garut.”
Setibanya aku dan intan di Aceh tepatnya di
bandara Sultan Iskandar Muda . Wajah intan berseri-seri tampaknya dia begitu
bahagia. Tak lama kemudian muncul seorang pemuda yang mengenakan koko dan jeans
mendekati kami.
“assalamualaikum..!”
“waalaikumsalam”
“fauzan, apa kabar?”
Aku hanya mengamati perbincangan intan dan
pemuda Aceh tersebut, kelihatannya mereka begitu akrab. Ahh..apa peduliku.
“aznan, gue ke toilet sebentar ya!”
“iya..jangan sampek malem ya?”
“gile lhu, ya..enggaklah cuman sebentar doank”
Kuamati jam tangan kesanyanganku menunjukan
jam 04:00 Wib. Tampak pemuda Aceh tersebut tersenyum kepadaku.
“hai...udah lama kenal sama intan?”
“udah, kita teman satu kuliah dulu di Bandung.”
“um...oh iya, kenalin aku Aznan”
“Fauzan”
***
Di pagi
yang cerah, secerah sinar sang mentari. Kini aku mulai menghirup udara bumi
Aceh . Pagi ini aku harus segera memburu berita dan mobil yang membawa aku dan
intan terus melaju. Sepajang jalan kuamati keadaan sekitar! Dari kejauhan
tampak orang beramai-ramai berkumpul didepan salah satu kantor yang ada di
Aceh.
“pak-pak stop!”
“iya dik, ada apa?”
“itu ada apaan ya pak?”
“itu lagi ada acara pelantikan wali kota baru.”
“itu lagi ada acara pelantikan wali kota baru.”
“wah, Good News ini!”
“jadi gimana dik?”
“kita mampir kesana pak.”
Setelah mobil yang kami tumpangi berhenti,
segera aku memberi tahu sang driver agar menunggu kami selesai meliput berita.
Langkah kakiku terus melangkah sembari memboyong kamera besar mendekati
keramaian begitu pun intan yang memboyong mike. Dari kejauhan kudapati fauzan
juga hadir di acara tersebut.
Aku segera merekam moment penting ini.
Tiba-tiba segerombolan remaja yang memakai pakaian khas Aceh tampil di hadapan
calon wali kota. Mereka kelihatan begitu ayu dan gerakan kaki dan tangan yang
begi lembut sangat elok di pandang.
“tan, tanyakan ke fauzan apa nama tarian ini?”
“oke sipp!”
“zan, itu namanya tarian apaan?”
“Ranub Lampuan”
“setiap moment seperti ini selalu ada ya?
“iya, tarian ini sebagai bentuk peumulia jamee.”
“apa, Pemulia jame?”
“iya, maksuknya itu menjamu tamu”
“o...”
Acara yang sangat sakrar dan khitmat pun
berlangsung. Terdengar suara lantunan ayat suci Al-qur’an begitu syahdu di
telinga. Kuamati pemuda yang lagi melantunkan ayat suci tersebut dalam-dalam,
ternyata dia adalah fauzan.
Subhanallah....!
Entahlah
, awalnya aku sedikit kurang suka akan sosok fauzan. Tapi di saat aku mendengar
bunyi lantunan ayat suci dari mulutnya begitu merdu, kini membuatku menilai sosok fauzan itu lebih baik
lagi.
***
Hari ini
adalah hari ke-2 aku berada di Aceh, tidak ku dapati intan di kamar hotel tepat
kami menginab. Mungkin dia sedang asyik jalan-jalan sama fauzan. Ku coba
melangkah keluar kamar hotel untuk mencari udara segar. Lalu perutku mulai
berkoar-koar keroncongan.
“coba cari makan di luar ahh..”gumamku dalam hati.
Tak jauh dari hotel , tampak warung nasi . tak
segan-segan kucoba untuk makan disitu.
“pue pajoh?”
Aku tak paham
apa yang di katakan oleh pelayan warung tersebut.
“saya mau makan nasi.”
“mau lauk apa?”
Tampaknya
pelayan tersebut paham kalau aku bukan warga sini.
“yang paling enak di sini.”
“tunggu sebentar ya?”
3 menit
aku menunggu, kini di hadapanku telah tersaji masakan khas warung Aceh. Aku
segera melahapnya, rasa masakan ini begitu enak terutama kuah berwarna hijau aneka
sayu-mayur yang ada di mangkok kecil
yang ada di hadapanku.
“waw.. maknyusnya!”
Ku angkat
tangan kananku memberi isyarat memanggil sang pelayan warung.
“maaf dik, ini namanya masakan apa
ya?”
“ itu namanya kuah pliekk uu”
“iya,, terima kasih”
Palayan
tersebut hanya tersenyum kepadaku lalu kucoba membalas senyumannya.
***
Sang
surya mulai redup kini tiba giliran sang bulan untuk terbit. Fauzan bermaksud
menjak aku dan intan untuk sholat magrib di mesjid Raya Baiturrahman. Katanya
Baiturrahman merupakan mesjid yang sangat terkenal di Aceh. Dan bahkan
turis-turis local mau pun inter local saat berkunjung ke Aceh tak penah lupa
mampir ke mesjid agung tersebut.
Saat tiba
disana, aku mengamati corak-corak ukiran dinding mesjid dan kubah-kubah pun
masih tetap berdiri kokoh seperti yang sering kulihat di tv. Dan kata fauzan,
saat Tsunami 7 tahun silam mesjid ini tidah goyah sama sekali. Usai
melaksanakan ibadah sholat magrib, ku coba menghidupkan kamera dan merekam
nuansa malam di sekitar mesjid Raya Baiturrahman. Hatiku begitu nyaman berada
disini.
“intan,aznan..sebelum balik ke hotel
mampir dulu ke rumah fauzan ya!”
Aku dan intan
saling bertatapan sila bermaksud mendiskusikan permintaan fauzan.
“lain kali aja zan” Kami bermaksud
menolaknya.
“ besok
kan kalian udah balik ke Jakarta! Kapan lagi coba ke Aceh. Lagi ummi udah masak
masakan khas Aceh lho...” kata fauzan
penuh pengharapan.
“wah...musti coba itu.” kata intan
begitu bersemagat
Aku jadi
teringat kuah pliek u di warung tadi siang. Apa yang di maksud fauzan masakan
itu ya? Akhirnya kami menuruti permintaan fauzan.
Aku,
intan dan fauzan sudah siap duduk rapi untuk menyantap hidangan khas Aceh ala
umminya fauzan. Ternyata kuah yang ku nanti-nantikan ada didepan mata. Malam
ini aku dan intan makan begitu lahap. Dan ternyata kuah bikinan umminya fauzan
tak kalah menggoyangkan lidahku dari masakan di warung nasi tadi siang.
Kini
tiba saatnya kami untuk berpamitan pulang. Di balik pintu muncul sosok gadis
cantik, anggun seperti bidadari. Ia tersenyum lembut kehadapanku , hatiku dag
dig dug dibuatnya, mungkinkah dia bidadari yang jatuh dari surga?
“fatimah...sini.” panggil fauzan
“ aznan, intan kenalkan ini adikku
satu-satunya!”
“intan..”
“aznan..” sembari mengulurkan
tangan, eh sia-sia dia malah mendekapkan kedua tangannya kedada.
***
Keesokan
harinya aku dan intan segera menuju bandara untuk kembali ke Jakarta. Tak
pernah ku sadari perjalananku ke Aceh begitu menyenangkan dan begitu cepat berlalu.
“tan,
kelihatannya lo akrab banget sama fauzan.”
“ enggak juga, kita tuch cuman
sebatas temen doank.”
“temen apa demen..?”
“apaan sich lo, resek banget dee..”
“o..iya tan! Btw adiknya fauzan
cantik juga ya..”
“kenape
lo... naksir! Entar biar tak jomblangin mau? Siapa tahu dia belum punya pacar.”
“beneran
tan! Thanks ya...lo emang temen gue yang paling baik. Epz, jangan lupa minta juga sekalian no hp, fb atau twitter
sekalian oke.”
“
heboh bangett... santai bro, semua butuh proses asal ade warna birro.”
“busett
jaus banget otak lo.”
“haha..
becanda doank. Ayo buruan ntar kita terlambat lagi.”
Saat aku
dan intan berada di bandara, kudapati fauzan datang mengantar kepulangan kami
ke Jakarta. Tapi dia hanya seorang diri, dalam hatiku berharap fauzan datang
bersama fatimah.
“ selamat jalan ya! Alin kali
main-main lagi ke Aceh.”
“ia, terima kasih ya buat semuanya
zan.” Kata intan dengan suara lembut
tidak seperti biasanya, mungkin dia sedih kali ya jauh dari fauzan.
Ku coba mendekatkan wajahku ke telinga fauzan
sila membisikan “ titip salam ya buat fatimah sama ummi.”
Fauzan hanya tersenyum ke hadapanku sembari menganguk paham
akan maksud bisikanku.
Dan
pesawat pun melandas di udara, setiba di Jakarta nanti aku segera menayangkan
liputan kami di tv. Pastinya aku akan sangat merindukan Aceh, terutama masakan kuah
pliek u yang telah menggoyangkan lidahku. Begitu pun sosok fatimah, aku
sangat ingin mengenalnya lebih dekat lagi. Semoga saja intan berhasil
menjomblangkan aku sama dia. Kelak, kalau ada tugas ngeliput berita ke Aceh,
boro-boro tak akan ku tolak. Good bye Aceh! See u letter..
by: farisa